Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit rahimahullah berkata:
"Bila aku menyatakan sebuah ucapan yang menyelisihi Kitabullah dan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka tinggalkanlah ucapanku."
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya aku tidal lain adalah manusia yang bisa salah dan bisa benar. Hendaknya kalian teliti pendapatku. Segala pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka ambillah. Adapun yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah."
Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i rahimahullah berkata:
"Tidak ada seorangpun kecuali dia lupa atau tidak mengetahui sebagian Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu, bagaimanapun pendapat yang aku ucapkan, atau kaidah ushul yang aku buat, namun ternyata dalam hal itu ada sesuatu (hadits) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menyelisihi pendapatku, maka pendapat yang benar adalah yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan itu pula yang menjadi pendapatku."
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:
"Pendapat Al-Auza'i, pendapat Malik, pendapat Abu Hanifah, semuanya adalah pendapat (manusia). Semuanya sama menurutku. Yang menjadi hujjah hanyalah apa yang terdapat dalam atsar (yakni hadits, pent)."
(Diambil dari Shifat Shalatin Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah, hal. 46-53)
Sumber: Majalah Asy Syari'ah, no.40/IV/1429 H/2008, rubrik Permata Salaf.
http://embunsalaf.blogspot.com/2009/10/hujjah-adalah-kitabullah-dan-as-sunnah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar